By: Selly Novela

 

Avani Eco merupakan perusahan Indonesia yang berbasis pada Bio-degradable plastic yang dapat mencair ketika terkena air. Dibangun pada 2014 oleh Kevin Kumala, Avani Eco dibuat untuk menggantikan kantong plastik konvensional dan sebagai solusi untuk memerangi epidemi pencemaren plastik global. Keunggulan dari Avani Eco sendiri adalah letak dari sumber daya yang digunakan untuk produksi plastik tersebut, Cassava atau singkong, di Indonesia singkong adalah salah satu bahan pangan yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, hal ini membantu Avani Eco untuk menguasai sumber daya tersebut.

Produk dari Avani Eco antara lain adalah:

  • Soluble plastic bag
  • Paper cup & bowl
  • Cutlery
  • Straw
  • Poncho
  • Box
  • Cup and Straw

Semua produk tersebut terbuat dari bahan bio-degradable. Yang dapat melebur ketika dicampur dengan air atau dengan tanah, selain itu dapat digunakan untuk menjadi kompos.

Hampir semua produk yang digunakan oleh Avani Eco berasal dari singkong. Di Indonesia, singkong merupakan salah satu hasil produksi panen yang besar dan terdapat dimana saja, bahkan Indonesia manjadi negara ke-3 penghasil singkong terbesar. Indonesia terletak pada tengah Coral Triangle, dengan jumlah terumbuh karang yang kaya, namun, Indonesia merupakan pencemar laut dengan plastik terbesar kedua di dunia setelah China, pengguna kantong plastik di Indonesia juga meledak, membuat tingkat sampah plastik semakin membesar, salah satu cara untuk menangani masalah ini adalah dengan merubah habit masyarakat atau mencari alternatif lain.

Avani Eco berada pada kotak matriks Consider expansion in international market, hal ini didukung dengan keberanian Avani Eco untuk mengikuti expo yang berada di USA dan adanya pengakuan dari media International seperti BBC, dengan begitu Avani Eco sudah memilki potensial besar untuk melakukan ekspansi. Hal lain yang dapat mendukung ekspansi tersebut adalah kesadaran masyarakat global dengan pentingnya produk bio-degradable, terutama pada kantong plastik yang telah menjadi masalah sampah pada lingkungan.

Negara yang akan dituju oleh Avani Eco adalah China dan Philippines dikarenakan China merupakan negara ke 2 penghasil sampah plastik terbesar di Asia, yang disusul oleh Indonesia dan Philippines.

Pada tahun 2015, pemerintahan China berusaha untuk mengurangi penggunaan sampah plastik pada rakyat nya, dengan begitu mereka akhirnya melarang penggunaan kantong plastik. Dengan adanya pelarangan tersebut terjadi peningkatan pada permintaan kantong plastik di China. Pada tahun 2017 permintaan pada polyethylene di Asia adalah 41.5 juta ton. Sementara itu di Asia Tenggara, Philippines merupakan negara kedua setelah Indonesia (ironisnya) yang membuang sampah plastik kedalam sungai dan laut (menurut data yang dipublikasikan pada tahun 2010). Dengan data yang telah di peroleh, prospek pasar Avani Eco, merupakan produk yang bagus untuk memberantas pembuangan dan penggunaan kantong plastik.

Dengan naiknya permintaan kantong plastik di negara China maka Avani Eco dapat menjadi subtitusi yang bagus. Sementara itu di Philippines, Avani Eco dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk mengurangi penggunaan plastik polyethylene, dan menggantikan nya dengan produk Avani Eco. dikarenakan produk Avani Eco yang dapat mencair ketika “dibuang” ke dalam air sehingga meninggalkan jejak dan tidak membahayakan makhluk lainnya.

Dari analisa makro dan mikro terhadap kedua negara tersebut, China merupakan salah satu pasar yang memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan salah satu target pasar, terutama dengan adanya regulasi baru dari pemerintahan China yang bertujuan untuk mengurangi penggunaaan plastik di China. Berbeda dengan kesadaran Philippines yang masih kecil mengenai penggunaan plastik. Dengan daya beli masyarakat China yang besar, ditambah dengan penggunaan plastik yang melebihi daya beli tersebut maka dapat disimpulkan bawa hal tersebut merupakan salah satu faktor pendongkrak yang besar. Pada tahun 2015, China telah menjadi salah satu peluang besar bagi banyak pangsa pasar lain, sehingga banyak perusahaan luar tidak lagi melihat China sebagai negara ke- 3 (third country) atau sebagai negara offshore, tapi sebagai peluang bagis bisnis mereka hal, banyak diantara perusahaan tersebut juga berusaha mengurangi penggunaan kantong plastik pada toko retail mereka di dunia, seperti contohnya lóreal yang menggunakan produk dari Avani. 

Entry Mode Choices

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan ketika perusahaan melakukan pemilihan mode untuk masuk ke negara lain (Hollensen, 2014):

  • Internal factor

Dikarenakan oleh perusahaan Avani yang kecil, maka perusahaan maka itu manjadi faktor negatif yang menghalangi proses internasionalisasi, walaupun begitu Avani telah memproduksi produk nya untuk perusahaan Loreal. untuk produk faktor yang menjadi halangan untuk melakukan internalization adalah bahan baku, singkong, yang hanya dapat tumbuh dengan jumlah besar di area Indonesia.

Internal Factor: (-)

  • External factor

China merupakan salah satu pasar yang memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan salah satu target pasar, terutama dengan adanya regulasi baru dari pemerintahan China yang bertujuan untuk mengurangi penggunaaan plastik di China. Berbeda dengan kesadaran Philippines yang masih kecil mengenai penggunaan plastik. Dengan daya beli masyarakat China yang besar, ditambah dengan penggunaan plastik yang melebihi daya beli tersebut maka dapat disimpulkan bawa hal tersebut merupakan salah satu faktor pendongkrak yang besar. Pada tahun 2015, China telah menjadi salah satu peluang besar bagi banyak pangsa pasar lain, sehingga banyak perusahaan luar tidak lagi melihat China sebagai negara ke- 3 (third country) atau sebagai negara offshore, tapi sebagai peluang bagis bisnis mereka hal, banyak diantara perusahaan tersebut juga berusaha mengurangi penggunaan kantong plastik pada toko retail mereka di dunia, seperti contohnya lóreal yang menggunakan produk dari Avani.

External Factor: (+)

  • Desired Mode Characteristics

Avani telah mendapat dukungan oleh media luar, seperti BBC, hal ini mengurangi persaingan Avani di China, dengan mempopulerkan produk Avani, hal ini menurunkan resiko akan kegagalan Avani di pasar China, terutama dengan banyak nya perusahaan retail lain yang telah menggunakan produk Avani sebagai kantong belanja mereka.

Desired Mode: (+)

  • Transactions-specific behaviour

Produksi produk Avani tidak bisa dilakukan di China untuk mengurangi kecurangan akan barang tiruan dan juga karena bahan baku yang sangat jarang di China, walaupun ada sangatlah sedikit dapat dipakai, sedangkan di Indonesia, singkong menjadi salah satu hasil panen yang cukup besar, terutama di area pulau Jawa dan Sumatera.

Transactions-specific behaviour: (-)

Melalui hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Avani dapat memilih untuk melakukan internalisasi atau externalisasi, tapi hal yang membuat Avani semakin maju adalah dengan adanya Strategic Alliance dengan perusahan retail lainnya, dengan kata lain Avani akan melakukan penetrasi pasar melalui intermediate entry mode, dengan mode Upstream X Coalition, dimana produksi dan R&D akan dipegang di home country atau Indonesia untuk memastikan kualitas produk. dengan metode ini maka perusahaan akan memesan kantong dengan kuantiti yang besar untuk dijadikan kantong belanja, Avani lalu akan memproduksi kantong bentuk Custom dari perusahaan dan mengirim nya ke perusahaan tersebut.

Avani juga dapat melakukan Export mode dengan mengekspor produk seperti kantong, plastic bowl dan cup dan juga produk lainnya  ke supermarket dan Minimarket di China dengan menggunakan direct export untuk memegang marketing, sehingga menyerupai core competency perusahaan.